Bunda, Maafkanlah AKU - Teman Pena

"MENJADI MANUSIA YANG BERGUNA ANTAR SESAMA DAN MATI DALAM KHUSNUL KHATIMAH"

Penulis itu

  • Muda
  • Kreatif
  • Berwawasan
  • Amazing!

Hot

Post Top Ad

Your Ad Spot

Sunday, June 19, 2016

Bunda, Maafkanlah AKU





       Setiap anak pasti memiliki orang tua, baik yang masih ada atau berpisah maupun yang telah tiada diantara salah satunya ataupun kedua-duanya. Seorang anak pastilah akan meniru apa-apa saja yang menjadi kebiasan orang tuanya, apakah itu kebiasan baik ataupun kebiasaan buruknya. Allah swt. menciptakan manusia dengan sangat sempurna yang hanya berawal dari setetes air yang dipancarkan.
       
       Perkenalkan, namaku Ozon, M. Ozon Al-Farisyi. Memang namaku terlihat nama kearab-araban, namun sayang tak ada sedikitpun ciri dariku yang memiliki ciri khas arab. Aku seperti anak biasa, memiliki orang tua yang begitu amat sayangnya padaku, ayah dan bunda selalu menciumku setiap aku hendak tidur.
       
        Sekarang aku berusia 10 tahun dimana pada saat ini aku menginjak kelas 4 SD. yah memang, aku masih kecil, masih sangat kecil untuk mengetahui lebih dalam apa artinya kehidupan. Yang aku tahu kehidupan akan berpihak pada orang yang beruntung dan orang-orang yang memiliki uang banyak.
       
        Waktu terus berjalan tak terasa sekarang aku sudah memasuki masa SMA. Baru kemarin aku lulus SMP, dan sekarang aku pun sibuk-sibuknya mencari SMA yang terbaik untuk ku belajar. Di setiap harinya aku tak henti-hentinya belajar, kadang saat larut malam pun aku masih saja tetap belajar walaupun mata, serta badan telah sangat lelah mengikuti semua kegiatan seharian. Esoknya aku berangkat seperti biasa, pokoknya pukul 07.00 wib harus udah tiba di sekolah baruku itu. Bel telah berbunyi pertanda jam belajar pun telah masuk, tak ada lagi siswa yang ada diluar kecuali ada izin dan keperluan tertentu. Sekarang saatnya belajar Fisika, dan yang aku temui adalah seorang bapak-bapak bertubuh besar, brewoka dan berwajah sangar. Kulirik ditangannya yang sedang membawa bermacam-macam bentuk mistar papan tulis, ada segitiga, panjang, dll.
       
       "Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh..!!", sapa paginya dengan suara lantang.
       
       Kemudian dengan serentak kami membalas salamnya itu, "Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh..!!"
       
       "Perkenalkan, nama Bapak Haryanto, Haryanto Lubis. Jadi kalian panggil Bapak Haryanto aja, OKEEE...!!"
       
       "Okkeee siap pak...!!", jawab kami serempak.
       
       Banyak hal yang kami obrolkan, jika mau ditulis satu-satu kayaknya gak bakalan selesai, hehe.. intinya dari obrolan tadi merupakan obrolan yang hanya sekedar pembuka perkenalan kami dengan Bapak Haryanto Lubis yang ganas itu, walaupun sebenarnya gak sedemikian. Hehehe.. Namun dari obrolan tersebut ada hal yang paling kuingat sampai sekarang, yakni

       " Anak-anak, kamu tahu kisah nabi nuh serta anak dan isterinya?", tanya beliau.
       lantas, demi ingin mendengarkan ceritanya kami bilang saja belum tahu walaupun jika ditanya saya sendiri mengenai kisah nabi dan rasul mungkin bisa diluar kepala.

       "Begini, kalian tahu setiap nabi pastilah ia akan masuk surga, namun belum tentu dengan orang-orang terdekatnya, baik sekalipun itu anak dan isterinya. Anak dan isterinya saat diterjang banjir besar, ia tak ingin naik ke kapal nabi karena kesombongannya. Mereka sangat sombong dan sangat durhaka dengan nabi, jadi Allah laknat mereka dengan menenggelamkan mereka bersama orang-orang kafir dizaman itu dengan siksaan yang sangat pedih. Mereka (anak dan isterinya) serta semua orang-orang kafir dizaman itu tidak percaya akan kenabian Nuh, dan juga tak beriman atas kekuasaan dan kehebatan ALLAH swt. Jadi untuk kalian semua, rajinlah ibadah, jangan pernah tinggal shalatnya walaupun itu hanya satu rakaat, dan yang paling penting janganlah kalian durhaka terhadap orang tua, apalagi terhadap ibu kalian yang mengandung dan melahirkan kalian semua. Mengertiii..??"
    
        Mendengar ceritanya membuat hatiku miris akan keadaan ku, yang mana selama ini aku sampai saat ini belum mampu membahagiakan orang tuaku terutama untuk Ibunda ku. 

       Dengan teriakan keras, kami jawab "Mengeertiii Bapakkk..!!"

       Hari-hari sungguh cepat berlalu, kelulusan, kuliah, wisuda hingga sampai saat ini aku telah bekerja pada suatu perusahaan swasta ternama di Jakarta. Aku merantau dari orang tuaku, kebetulan, aku juga telah menikah dengan seoarang perempuan cantik dimana ia juga satu kantor dengan ku. Namanya Aisyah, yahh senama dengan isterinya Rasulullah, semoga akhlak dan ketakwaannya meniru akhlak dan ketakwaan isteri Rasulullah. Ammiinn. Sekarang isteriku sedang hamil, kira-kira sudah mau hampir 9 bulan, mungkin tinggal menunggu beberapa hari atau beberapa minggu lagi isterku akan melahirkan, namun sayang sekarang aku sedang berada dinas di luar negeri, mungkin aku takkan sempat melihat buah hatiku nanti saat lahir, namun aku janji aku akan berusaha pulang untuk mereka berdua nantinya.
   
       Pada hari yang ditunggu-tunggu aku mendapati telepon dari ayahku di Jakarta, memang sengaja ayah dan bunda tinggal bersama isteriku untuk menemaninya, kuangkat teleponnya dan ternyata kudapati kabar bahwa isteriku telah melahirkan dan anak ku lahir dengan sehat dan selamat.

       Ya Allah... pada itu aku sangat bahagia. Tak ada satu katapun yang keluar kecuali Alhamdulillah. Sungguh benar rahmat dan karunia-Mu sangatlah besar hingga ku menangis dan meneteskan air mata bahagia. Lantas kukatakan, "Ayah, izinkan aku mengazankan anakku".

       Tak butuh waktu lama ku azankan anakku itu walaupun aku tak tahu bagaiman rupanya, sungguh aku ingin sekali segera pulang dan menyelesaikan secepatnya pekerjaan ini. Setelah usai ku azankan dia, aku berbincang-bincang dengan isteriku yang paling cantik itu, dan kata yang paling kuingat ialah, "wahai isteriku tersayang, jagalah kesehatanmu dan tolong rawat anak kita dengan penuh kasih sayangmu walaupun kasih sayangku tak kuberikan secara langsung, aku bersyukur pada Allah yang mempunyai isteri sepertimu."

       Beberapa hari kemudian, tepatnya dua minggu dari kelahiran anakku, kudapati sms dari Isteriku, karena beberapa hari ini memang sinyal Hp sedang sedikit rusak.

       "Mas, cepat pulang ibumu sedang sakit parah, sekarang ia terbaring lemas di rumah sakit. Beberapa hari ini ia koma dan sampai sekarang ia juga belum sadarkan diri. Kemarin aku telepon mas tapi gak masuk, aku cemas mas, sungguh cemas."

       Melihat isi pesan itu aku pun terhengak, terkejut dan takut akan terjadi apa-apa terhadap ibuku. Lantas aku berangkat pergi ke kedutaan Indonesia yang ada di Jerman untuk meminta izin pulang sementara ke Indonesia. Namun usahaku sia-sia, semua lamaran suratku ditolak hingga aku sangat putus asa saat itu.

       Dengan lemas aku pulang ke penginapan ku. Ku balas sms isterku itu.

      "Maaf sayang, aku sekarang belum bisa pulang karena kendala pekerjaanku. Aku sangat ingin pulang, kalau bisa hari ini aku akan pulang. Tapi masalahnya itu tadi. Aku berdoa kepada Allah semoga Ibu akan selalu diberkan ketabahan dan kesehatan serta kesembuhannya. Sayang, aku mohon rawat Ibu dengan baik dan kalau terjadi apa-apa cepat telepon aku atau cepat sms aku. Aku beberapa hari lagi akan pulang, aku harap engkau dan Ayah sabar menunggu pulang."

      Tiga hari setelahnya kudapatkan pesan dari Isteriku.

      "Innalillahi wa Inna ilaihi roji'un.
       Mas, maafkanlah aku, maafkan aku yang belum bisa memegang amanahmu. Ibu tadi subuh telah dipanggil Allah, dan sekarang kau belum pulang juga. Semoga Allah menerima semua amal dari Ibu. Aamiinn.."

      Membaca pesan itu lantas membuat hatiku hancur, luluh dan lebur. Gimana tidak, ibu talah meninggal diamana aku tak bisa melihatnya. Sampai sekarng hingga hari dimandikannya, dishalatkannya dan dikuburkannya aku tak ada disisihnya sama sekali. Ya Allah, ampunilah dosa ku terhadap kezaliman ata diriku. Aku belum bisa membahagiakan mereka, dan dihati meninggalnya Ibu aku tak hadir didekatnya. Ya Allah ampunilah hambu-Mu ini. Dengan bersujud lutut kemenangis penuh penyesalan yang tak dapat kuganti waktu itu.

      Sesampainya di Indonesia, aku bergegas pergi kerumah. Aku disambut dengan isteri, anak, serta ayahku dan yang pasti tanpa Ibunda.
    
      Bercerita-certia mengenai hari-hari tanpa aku dirumah, melihat begitu cantiknya anakku ini, aku sangat bersyukur sekali.
      
      Azan Magrib pun berkumandang, lantas kami langsung shalat magrib berjama'ah. Seusai shalat kuhaturkan doa.

     "Ya Allah, terimakasih engkau telah memberikan rahmat dan rezeki-Mu terhadapku yang begitu besar, jangan jadikan ini sebagai ujian terberatmu ya Allah, tapi jadikanlah ini sebagai suatu pengingat bagiku bahwa aku memiliki tanggung jawab yang sangat besar atas diriku dan keluargaku. Ya Allah ampunilah semua dosa Ibunda ku, terimalah semua amal kebaikannya dan tempatkanlah ia disisi terbaik-Mu ya Allah.. Bunda, Maafkanlah Aku yang tak melihatmu langsung ketika kau sakit, dan saat meninggalmu. Dan maafkanlah aku dimana sampai saat ini aku belum bisa membuatmu bahagia lebih dari bahagia. Semoga engkau lebih tenang disana, dan tunggu kami Bunda di Jannahnya sang Pencipta."



-Sekian....


       

       

No comments:

Post a Comment

Post Top Ad

Your Ad Spot